Kamis, 30 Juni 2011

Lisan Terjaga Kebatilan Sirna

Oleh:  Yusuf Assidiq
Lidahmu adalah harimaumu, begitu kata pepatah. Ini mengandung makna betapa besar dampak dari setiap ucapan yang terlontar. Tak sedikit orang yang terjerumus ke jurang masalah karena mengatakan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Dalam kaitan ini, agama Islam telah memberikan rambu-rambu.
Pada dasarnya, ucapan maupun perkataan merupakan cerminan jiwa. Maka itu, Nabi Muhammad SAW berpesan pilihlah kata-kata yang baik. Dalam hal ini, beliau merupakan teladan terbaik. Setiap saat, Rasulullah senantiasa menggunakan kata yang baik dan halus untuk umatnya.
Sebaliknya, beliau menjauhkan kata-kata yang jelek, kasar, dan keji. Bahkan, Rasulullah sangat membenci jika ada kalimat yang digunakan tidak pada tempatnya yang sesuai. Misalnya, ada kalimat yang baik dan bermakna mulia namun diucapkan kepada orang atau sesuatu yang sebenarnya tidak berhak menyandang kalimat itu.
Juga sebaliknya, jika ada kalimat jelek dan berarti hina, diarahkan untuk orang atau sesuatu yang mulia. “Janganlah kalian memanggil orang munafik dengan panggilan tuan karena jika dia memang seorang tuan, maka dengan panggilan itu kalian telah membuat Tuhan kalian murka.” Demikian sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud.
Selain itu, umat diminta menjaga ucapan yang mengandung syirik. Seperti ucapan, “Aku meminta pertolongan kepada Allah dan kepadamu.” Sesuai tuntutan Rasulullah, mereka yang mengucapkan kalimat-kalimat semacam itu berarti telah menyekutukan atau sepadan bagi Allah SWT.
Dalam buku Berakhlak dan Beradab Mulia, Contoh-contoh dari Rasulullah,  Saleh Ahmad asy-Syaami menambahkan, kalimat bernada mencela juga sebaiknya dihindari. Peringatan itu juga disampaikan oleh Rasulullah melalui hadis yang diriwayatkan Bukhari, Muslim, dan Muttafaaq’alaih.
Rasulullah mengatakan, “Allah SWT berfirman, ‘Anak keturunan Adam menyakiti-Ku, karena mereka mencela masa, padahal Aku adalah Zat yang menciptakan dan menguasai masa. Aku yang mempergantikan malam dan siang.” Asy-Syaami menyatakan, perkataan yang mencela melahirkan kesalahan besar.
Menurut dia, celaan yang diucapkan itu sebenarnya akan mengenai diri mereka sendiri. “Mereka telah berkata hal-hal yang tak patut,” paparnya.
Asy-Syaami melanjutkan, ucapan-ucapan yang tak baik sama sekali tidak mendatangkan manfaat apa pun. Justru sebaliknya, menjerumuskan seseorang ke jalan kebatilan. Tak hanya itu, ucapan yang buruk itu juga mendatangkan perpecahan dan pertikaian antarsesama.
Termasuk yang perlu dijauhi adalah berkata bohong. Islam tidak memberikan keringanan bagi umatnya yang berbohong. Ibn Qayyim dalam kitab al-Fawa’id mengingatkan umat agar berhati-hati terhadap kebohongan. Sebab, kebohongan akan merusak cara pandang umat terhadap fakta yang sebenarnya.
Menurut pandangan Mahmud al-Mishri melalui bukunya Ensiklopedia Akhlak Muhammad, seorang pembohong akan menyifati sesuatu yang nyata dengan sesuatu yang abstrak dan menyifati yang abstrak dengan yang nyata. Selain itu, mereka menyifati kebenaran dengan kebatilan demikian pula sebaliknya.
Rasulullah melalui hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim mengatakan, kebohongan akan menggiring pelakunya pada kejahatan dan kejahatan akan menjerumuskan ke dalam neraka. Mari kita jauhkan diri kita dari api neraka dengan menjaga lidah kita.
Republika.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

 
Anda Adalah Pengunjung yang Kesekian

hit counters